Konflik Rusia-Ukraina semakin memanas, pada Kamis, 24 Februari kemarin terdengar suara sirine perang di kota-kota di Ukraina. Rusia yang berada di bawah kendali Presiden Vladimir Putin telah memulai serangan militer besar-besaran ke Ukraina. Melansir dari The New York Times, Presiden Vladimir Putin telah mulai mendeklarasikan perang terhadap Ukraina sejak Rabu, 23 Februari.
Tercatat Putin memberikan pidato yang mengawali perang pada pukul 6 pagi waktu setempat, tidak lama setelah itu terdengar suara ledakan di kota Kramatorsk, Ukraina, diikuti laporan suara ledakan atau tembakan artileri di Kharkiv, Odessa, Mariupol, dan ibukota Ukraina Kiev, semuanya merupakan kota besar di Ukraina.
Warga Ukraina berbondong-bondong membawa barang seadanya dan pergi melarikan diri. Serangan awal dari Rusia ini bahkan telah mencapai titik ujung ibu kota Ukraina, Kiev yang berada di tengah-tengah negara yang terletak di Eropa Timur tersebut.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mengatakan awal perang ini telah memakan korban jiwa mencapai 137 orang dan beberapa ratus orang lainnya terluka akibat serangan dari Rusia. Hingga beberapa ribu orang juga terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya. Krisis ini juga dikhawatirkan akan meningkatkan krisis imigran di Eropa.
Sejak awal konflik Rusia-Ukraina harga emas juga ikut melambung tinggi. Hal ini karena demand terhadap aset safe haven jika terjadi konflik berskala yang lebih besar. Investasi emas memang dinilai sebagai salah satu investasi dengan jaminan tertinggi dengan harga paling stabil. Harga emas dunia pada hari Jumat, 25 Februari ini naik sebanyak 2% akibat permintaan terhadap emas yang semakin tinggi.
Emas Sebagai Salah Satu Aset Safe Haven
Sebagai komoditas fisik, ia tidak dapat dicetak seperti uang, dan nilainya tidak dipengaruhi oleh keputusan suku bunga yang dibuat oleh pemerintah. Karena emas secara historis mempertahankan nilainya dari waktu ke waktu, emas berfungsi sebagai bentuk asuransi terhadap peristiwa ekonomi yang merugikan.
Ketika terjadi peristiwa buruk yang bertahan untuk sementara waktu, investor cenderung menumpuk dana mereka ke dalam emas, yang menaikkan harganya karena meningkatnya permintaan.
Melansir dari Kompas.com, harga emas dunia terus menguat dan semakin mendekati level 2.000 dollar AS per troy ounce pada perdagangan Kamis, 24 Februari siang hari, pasca Rusia mendeklarasikan perang dan mengirimkan serangan ke Ukraina. Dilansir dari Bloomberg, harga emas di pasar spot pada pukul 14.00 WIB menguat 1,75 persen ke level 1.942,3 dollar AS per troy ounce, dan semakin level tertinggi sejak Januari 2021. Penguatan juga terjadi pada emas berjangka Comex untuk kontrak April 2022, yang meningkat 1,78 persen ke level 1.944,4 dollar AS per troy ounce.
Selain emas terdapat juga beberapa aset safe haven lainnya seperti saham defensif, Treasury Bills (T-bills), uang tunai, serta mata uang. Mata uang Franc Swiss dianggap sebagai mata uang safe haven yang paling aman. Hal ini karena posisi Swiss sebagai negara netral, serta industri perbankan yang besar, aman, dan stabil.
Konflik Rusia-Ukraina: Rusia Berusaha Mendemiliterasi Ukraina
Hingga saat ini awal perang antara Rusia dan Ukraina masih baru dimulai. Orang-orang masih belum bisa mengetahui secara pasti seberapa besar skala konflik ini. Namun, sebagai salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia, konflik perang antara Rusia dan Ukraina ditakutkan sebagai awal mulai perang dunia ketiga.
Presiden Zelensky juga telah menyatakan perang terhadap Rusia atas nama perlindungan diri. Ia juga telah memanggil pasukan wajib militer dan pasukan cadangan nasional untuk berperang dan mobilisasi umum. Sementara Presiden Putin menyalahkan Ukraina atas pertumpahan darah yang akan terjadi jika mereka tidak menyerahkan diri.
Mengutip dari Kompas.com, Presiden Putin mengancam negara-negara yang mencoba mengganggu tindakannya bakal menghadapi konsekuensi yang belum dilihat. Dalam pidatonya Putin berbicara kepada pasukan Ukraina, mendesak mereka untuk meletakkan senjata. Presiden Amerika Serikat Joe Biden kemudian merilis pernyataan tak lama setelah aksi militer dimulai, dengan menyebut agresi itu sebagai serangan tidak beralasan dan tidak dapat dibenarkan oleh Rusia.
Hingga saat ini warga sipil yang berada di Ukraina berbondong-bondong melarikan diri dan negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat, United Kingdom, dan Uni Eropa berencana memberikan aneksasi terhadap Rusia. Tidak sedikit negara lainnya yang turut memberikan kritik terhadap negara Rusia, terutama Presiden Vladimir Putin.
Dapatkan aplikasi Danakini melalui Apps Store dan Play Store.