Contents
Sahabat Danakini, nilai pound sterling turun setelah Ratu Elizabeth II wafat. Mata uang Inggris tersebut diketahui mengalami penurunan di tanggal kematian Sang Ratu, yaitu 8 September 2022. Tidak dipungkiri bahwa saat ini Britania Raya juga tengah dihadapkan dengan permasalahan ekonomi.
Sehingga dengan melemahnya nilai tukar uang Inggris, membuat kondisi ekonomi semakin buruk. Diketahui dari data perdagangan RTI, posisi pound sterling turun 0.3% setelah diumumkannya kematian Ratu Elizabeth II.
Melemahnya nilai tukar Inggris sebenarnya sudah cukup lama dirasakan. Terutama ketika Britania Raya dihadapkan pada isu Brexit di awal tahun 2022. Fluktuasi nilai tukar mata uang juga tentu hal yang wajar, mengingat banyaknya hal yang mempengaruhi nilai tukar tersebut.
Lalu, sebenarnya hal apa saja yang dapat membuat nilai mata uang turun? Berikut ini alasan yang dapat menjadi penyebab penurunan nilai tukar pound sterling.
Alasan Nilai Pound Sterling Turun
Nilai tukar uang erat kaitannya dengan sistem perekonomian setiap negara. Salah satunya contohnya nilai pound sterling turun setelah ratu Elizabeth II wafat. Wafatnya Ratu Inggris tentu berpengaruh pada kondisi politik dan ekonomi pada negara tersebut. Maka dari itu tak heran jika pound sterling melemah.
Namun, ada faktor lain yang menyebabkan fluktuatisi nilai tukar uang, diantaranya seperti:
1. Stabilitas Politik dan Ekonomi Negara
Keberadaan investor asing pada sebuah negara juga memberikan pengaruh. Semakin tinggi minat investor asing menaruh dana pada suatu negara. Tentu ekonomi semakin baik begitupun dengan nilai mata uang negara tersebut.
Namun, masalahnya investor tentu juga selektif memilih negara yang aman untuk berinvestasi. Negara dengan kondisi politik stabil dan perekonomian maju menjadi incaran yang tepat.
Maka dari itu, ketika ada kondisi tertentu yang membuat arus politik atau ekonomi negara terganggu akan berdampak pada melemahnya nilai tukar uang. Hal inilah yang terjadi pada Inggris setelah wafatnya Ratu Elizabeth.
Dimana negara tersebut dihadapi dengan pergolakan politik yang tidak stabil. Sehingga pound sterling sempat mengalami penurunan. Walaupun begitu, fluktuatisi mata uang Inggris masih terbilang aman dan diperkirakan akan kokoh kembali dalam beberapa waktu kedepan.
2. Angka Inflasi Setiap Negara Berbeda
Nilai inflasi artinya menunjukan konsistensi nilai tukar uang negara tersebut. Jika kondisi inflasi rendah akan meningkatkan nilai mata uang dalam perdagangan internasional. Contohnya seperti Negara Jepang, Swiss, Jerman, dan disusul oleh Amerika Serikat serta Kanada.
Sementara, jika suatu inflasi mengalami peningkatan yang tinggi maka akan terjadi depresiasi pada nilai tukar uang. Selain itu, juga dapat berdampak pada peningkatan nilai suku bunga.
3. Transaksi Berjalan
Transaksi berjalan dikenal juga sebagai neraca perdagangan antar negara. Neraca perdagangan dapat berupa transaksi untuk jasa, barang, bunga dan dividen antar negara. Jika neraca perdagangan defisit, maka negara akan banyak menghabiskan dana pada transaksi keluar negeri.
Ini berbanding terbalik dengan perolehan pendapatan di dalam negeri, sehingga negara akan lebih membutuhkan dana dari luar. Jika permintaan mata uang asing tinggi, maka akan membuat nilai tukar uang menjadi turun.
4. Nilai Hutang Publik
Nilai hutang publik adalah biaya defisit dalam jumlah besar terhadap proyek negara. Permasalahannya adalah ketika terjadi defisit publik dalam jumlah yang besar, maka daya tarik investor asing untuk berinvestasi di negara tersebut akan berkurang.
Hal ini dapat terjadi karena defisit publik rentan untuk membuat kondisi ekonomi mengalami inflasi. Inflasi akan berdampak pada kerugian investor, karena mereka akan kesulitan untuk membayar utang. Oleh karena itu, utang publik juga menjadi faktor penentu nilai tukar mata uang.
5. Kondisi Perdagangan
Faktor selanjutnya adalah kondisi perdagangan dalam bidang ekspor dan impor. Nilai mata uang dapat meningkat jika nilai ekspor lebih tinggi dari nilai impornya. Hal sebaliknya akan dirasakan jika nilai ekspor lebih rendah dari nilai impor perdagangan.
Jika nilai ekspor meningkat, artinya ada banyak permintaan yang datang kepada sebuah negara, sehingga akan mendapatkan keuntungan dan pendapatan lebih besar.
Pada kasus nilai pound sterling turun, wafatnya sang Ratu membuat kondisi politik kerajaan Britania Raya tidak stabil. Begitupun dengan perekonomian Inggris yang secara tidak langsung ikut terganggu.
Nikmati ragam fasilitas finansial dari Danakini dengan mengunduh aplikasi Danakini melalui Apps Store dan Play Store.