Site icon Blog Danakini

Keganjilan Sistem Ganjil Genap Di Jakarta

Keganjilan Sistem Ganjil Genap

Sumber: https://unsplash.com/photos/5d2QJl88QbI

Sistem ganjil genap di Jakarta sudah bukan hal baru lagi, tetapi terdapat keganjilan sistem ganjil genap yang sudah berlaku sejak tahun 2016 ini. Kemacetan memang bukan hal yang baru lagi di Indonesia, khususnya di kota metropolitan seperti Jakarta, dimana kemacetan sudah menjadi keseharian. Sistem ganjil genap ini sendiri hadir untuk mengatasi atau setidaknya meminimalisir masalah kemacetan di waktu-waktu krusial saat jam pergi dan jam pulang. 

Awalnya sistem ini merupakan pengganti sistem 3 in 1 yang mengharuskan satu mobil diisi minimal 3 orang. Ganjil genap sendiri berlaku di ruas-ruas jalan yang sebelumnya memberlakukan sistem 3 in 1. Melansir dari smartcity.jakarta.go.id, untuk penerapannya, kebijakan ganjil genap berlaku setiap hari Senin sampai Jumat pada waktu jam sibuk, yakni pukul 06:00-10:00 WIB dan 16:00 – 21:00 WIB. Pemprov juga telah menetapkan 25 ruas jalan yang menjadi lokasi penerapan kebijakan ini.

Walaupun sudah menjadi rutinitas sehari-hari di ibu kota, sistem yang satu ini memang terasa cukup membingungkan. Melansir dari Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2018 jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai angka 19 juta dan jumlah tersebut terus meningkat, di tahun 2020 sendiri jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencapai angka 21 juta. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah sistem ganjil genap masih efektif untuk dilakukan. Apalagi mengingat satu keluarga di Jakarta biasanya memiliki lebih dari satu kendaraan. Banyak orang yang merasakan keganjilan sistem ganjil genap yang berlangsung di Jakarta.

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia dari Ditlantas Polda Metro Jaya

Sejarah Kendaraan Pribadi di Indonesia

Sejarah kendaraan bermotor di Indonesia memang cukup panjang, tercatat mobil dan motor pertama kali masuk Indonesia pada tahun 1894 dan waktu itu Indonesia masih bernama Hindia Belanda. Mobil pertama tersebut merupakan mobil milik Pakubuwono X dengan merek Benz Victoria. Harga mobil saat itu tidak murah. Mobil Benz Victoria harus ditebus dengan harga 10.000 gulden. Selang 13 tahun setelah itu, Pakubuwono X kembali membeli mobil baru . 

Memasuk tahun 1930-an kendaraan bermotor sudah lebih dikenali oleh masyarakat luas dan sejak Indonesia merdeka di tahun 1945, demand terhadap otomotif di Indonesia semakin besar dan hingga saat ini telah bertransformasi menjadi salah satu negara dengan budaya kendaraan pribadi terbesar di dunia. Banyak jalanan di Indonesia dan khususnya di Jakarta dirancang untuk kendaraan pribadi. 

Sumber: Merdeka.com

Lambat laun hal tersebut melahirkan masalah yang identik dengan kota-kota besar, yaitu kemacetan. Sebagai langkah untuk mengurangi kemacetan di Jakarta maka sistem ganjil genap lahir, tetapi efektifitas dari sistem yang satu ini masih menjadi bahan perdebatan oleh orang-orang. 

Keganjilan Sistem Ganjil Genap Jakarta

Sistem ini dirancang oleh pemprov Jakarta sebagai langkah untuk mengurangi kemacetan di Indonesia, ajakan untuk menggunakan alternatif moda transportasi lain, dan mengurangi polusi yang disebabkan oleh emisi gas kendaraan bermotor. Namun, sayangnya masih belum ada data pasti yang mengukur tingkat keberhasilan sistem ganjil genap untuk memenuhi hal-hal di atas.

Sistem ganjil genap yang ada di Jakarta tidak berlangsung di semua titik jalan di Ibu Kota, tetapi hanya berlaku di beberapa titik yang sering mengalami kemacetan saja. Hal ini juga cukup ganjil mengingat bahwa kendaraan dengan plat yang tidak sesuai dengan hari ganjil genap akan diarahkan melalui jalan lain yang tidak menjalankan sistem ini. Berdasarkan hal ini sistem ganjil genap dirasa bukan menjadi solusi mengurangi kemacetan, tetapi lebih sebagai memindahkan lokasi kemacetan.

Sumber: https://unsplash.com/photos/R7nSPG8edVI

Lalu, ajakan bagi orang-orang untuk menggunakan moda transportasi lainnya dinilai belum bisa dilakukan secara efisien mengingat kualitas transportasi umum di Jakarta yang kurang baik dan keterbatasannya. Kebanyakan transportasi umum terlalu berpusat di pusat kota. Selain itu, jarak dari tempat tinggal ke moda transportasi umum terdekat yang cukup jauh dirasa kurang efektif dan malah akan menambah waktu berpergian. Alhasil kebanyakan orang di Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum. 

Terakhir, untuk mengurangi polusi yang ada di Jakarta akibat emisi kendaraan bermotor juga belum dirasakan dampaknya. Hal ini karena ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi dan tidak adanya alternatif lain yang dinilai efektif untuk kehidupan sehari-hari masyarakat yang tinggal di ibu kota.

Solusi untuk Mengatasi Kemacetan di Jakarta

Sistem ganjil genap sendiri bukan hal yang baru di dunia, total terdapat beberapa negara lain yang pernah menerapkan sistem ini dengan tingkat kesuksesan yang berbeda-beda. Berbeda dengan Indonesia yang menerapkan sistem ini untuk mengurangi kemacetan, negara-negara lain biasanya menerapkan sistem ini ketika kualitas udara memburuk. Misalnya seperti di Paris, Prancis, Beijing, China, dan lainnya. Ada juga Jerman yang sempat menetapkan aturan ini saat terjadi krisis bensin.

Sumber: https://unsplash.com/photos/7nrsVjvALnA

Masalah kemacetan memang tidak mungkin diselesaikan begitu saja. Tidak ada satu jawaban pasti untuk mengatasi permasalahan ini. Memperbesar jalanan, menambah moda transportasi umum, dan menaikkan harga atau pajak kendaraan pribadi menjadi beberapa solusi yang dilakukan negara-negara lain untuk mengatasi kemacetan di negara mereka. Namun, perlu disadari bahwa kemacetan tidak mungkin dihilangkan.

Bahkan di negara-negara yang memiliki transportasi umum yang baik seperti Jepang dan Singapura sekalipun, kemacetan juga masih ada. Namun, berbeda dengan Jakarta, pemerintah di sana menghadirkan alternatif-alternatif moda transportasi lain yang dapat digunakan oleh masyarakat sekaligus menghadirkan berbagai pilihan yang dapat digunakan oleh masyarakat. Berkaca dari hal tersebut tentunya ada banyak keganjilan sistem ganjil genap di Jakarta. Oleh karena itu, pemprov Jakarta dirasa harus mulai menghadirkan jawaban-jawaban lainnya untuk mengurangi permasalahan ini selain bergantung dengan sistem ganjil genap. 

Dapatkan aplikasi Danakini melalui Apps Store dan Play Store.

Exit mobile version